Ruang hampa yang dulu
Dulu, kita ada bersama di ruang hampa itu,
dengan tangis, dengan tawa, dengan dedikasi dan semangat perbaikan diri
kita goresi temboknya menjadi beragam warna.
Hingga akhirnya pandangan kita bertemu adu, saling berdebat ini dan itu.
Pun, kita terpisah, dengan alasan yang masing-masing bijak.
Kecuali aku, yang mungkin terlalu salah,
memilih jalan yang sendiri meski kalian tetap berkoloni dalam ruang hampa yang berbeda-beda lagi.
Tapi ruang hampa itu, adalah kenangan yang tetap hidup, selamanya hidup, di ruang benakku.
Posted on Juni 19, 2012, in Creative, Fiction. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0