Ruang hampa yang dulu

Dulu, kita ada bersama di ruang hampa itu,

dengan tangis, dengan tawa, dengan dedikasi dan semangat perbaikan diri

kita goresi temboknya menjadi beragam warna.

Hingga akhirnya pandangan kita bertemu adu, saling berdebat ini dan itu.

Pun, kita terpisah, dengan alasan yang masing-masing bijak.

Kecuali aku, yang mungkin terlalu salah,

memilih jalan yang sendiri meski kalian tetap berkoloni dalam ruang hampa yang berbeda-beda lagi.

Tapi ruang hampa itu, adalah kenangan yang tetap hidup, selamanya hidup, di ruang benakku.

About Endang Sriwahyuni

a long life learner, an educator, a writer, and a dreamer.

Posted on Juni 19, 2012, in Creative, Fiction. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar