Review Film Dilan 1990: Suara dari Guru

Sumber : wikipedia.org

“Jangan rindu. Berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja.” (Dilan, 1990)

Di awal tahun 2018 yang juga merupakan permulaan semester genap kutipan kalimat Dilan ini begitu populer. Banyak pengguna sosial media yang memakainya sebagai caption. Banyak juga anak remaja hingga dewasa muda menirukannya untuk sekedar timpalan canda dalam obrolan mereka. Tak terkecuali para siswaku, anak-anak SMA yang sangat antusias menyambut film ini. Sejak kemunculan trailernya, mereka sudah sangat ter-Dilan-Dilan alias tergila-gila dengan sosik Dilan. Bahkan, saat kutanya, “Gimana, setelah libur panjang, kalian rindu, nggak, dengan sekolah?” Ada saja beberapa siswa yang menjawab dengan celetukannya, “Jangan rindu, Miss. Berat. Hahaha.”

Ternyata, bukan hanya kata-kata dan gaya bicara Dilan yang mereka tiru. Model motor Dilan juga. Banyak siswaku (yang dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun setelah film itu rilis) mengganti motor mereka dengan motor-motor lawas semacam milik Dilan.

Tak bisa dipungkiri, aku yang saat itu aktif mengajar di SMA dan banyak berinteraksi dengan remaja turut menjadi saksi bahwa Dilan Effect pada remaja memang luar biasa. Wajar saja. Sebab penonton film yang diadaptasi dari novel karya Pidi Baiq berjudul “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” ini mencapai 6,3 juta. Dahsyatnya capaian hebat inilah yang kemudian membuatku menulis Review Film Dilan 1990 : Suara dari Guru.

 

Sinopsis

Film Dilan 1990 dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea. Film ini memiliki genre drama percintaan remaja dengan konsep Milea dewasa yang tengah menceritakan kisah cintanya dengan Dilan semasa SMA.


Milea Adnan Husein adalah murid baru yang pindah dari Jakarta karena mengikuti ayahnya sebagai TNI yang berpindah tugas ke Bandung. Ibunya adalah seorang mantan vokalis band. Ia juga memiliki seorang adik perempuan yang tengah duduk di bangku SMP.

sumber: koransulindo.com

Berlatar daerah Bandung yang asri di pagi hari, ketika para siswa mulai berdatangan ke sekolah, kisah cinta Dilan dan Milea dimulai. Dilan mengajak Milea berkenalan dengan cara yang unik. Tanpa turun dari motor, Dilan menghampiri Milea yang sedang berjalan lalu berkata, “Kamu Milea, ya? Aku ramal nanti kita akan bertemu di kantin.” Selain itu ia juga meramal Milea akan naik motornya suatu hari nanti.


Milea hanya menjawab singkat, “iya”, saat ditebak namanya oleh Dilan. Tapi selebihnya ia cenderung bersikap cuek. Bahkan ia sengaja menghindar. Milea tidak ke kantin siang itu demi membuat ramalan laki-laki aneh yang bahkan belum dia ketahui namanya itu salah.


Uniknya Dilan kemudian memberikan surat klarifikasi kepada Milea bahwa ternyata ramalannya salah dan meramal lagi bahwa besok pasti akan bertemu. Nekat, demi membuat ramalannya terwujud, malamnya pun Dilan mendatangi rumah Milea untuk menyampaikan surat undangan agar besok datang ke sekolah.


Milea yang awalnya cuek pun mulai tertarik dengan tingkah Dilan yang menurutnya aneh. Keanehan Dilan tidak berhenti sampai di situ saja. Masih banyak keanehan lain yang dilakukannya demi mendekati Milea. Modus gombalan Dilan pun unik dan membuat Milea selalu merasa senang berbunga-bunga.


Dilan pernah sengaja menitipkan motornya pada temannya dan kemudian naik angkot yang sama dengan Milea. Mereka duduk berdampingan. Milea terus sibuk membaca buku. Sedangkan Dilan terus berusaha menarik perhatian Milea. Salah satunya dengan mengatakan, “Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Nggak tau kalau sore. Tunggu aja.” Lalu, Dilan memberikan surat pemberitahuan bahwa sejak sore kemarin ia sudah mencintai Milea. Milea tersenyum kasmaran membacanya. Penonton pun pasti ikut tersenyum sendiri saat menyaksikan adegan ini.

Dilan memiliki banyak pesaing dalam perjuangannya mendapatkan cinta Milea. Tapi, dia sangat yakin bahwa dialah yang akan mendapatkan hati Milea. Bahkan Dilan menulis daftar nama orang yang ingin menjadi pacar Milea lalu mencoret semua nama mereka kecuali namanya.

Salah satu pesaingnya adalah Nandan, seorang siswa yang smart, jago main basket, ketua kelas, dan juga banyak disukai oleh banyak perempuan. Saat Milea ulang tahun Nandan mengkoordinir teman-temannya untuk memberikan kejutan kepada Milea. Selain kue, Nandan juga menghadiahi Milea sebuah boneka besar agar bisa dipeluk saat tidur. Sebelumnya, Beny, pacar Milea di Jakarta, sudah memberikan kejutan dengan hadir ke rumah Milea dan makan kue bersama. Sedangkan Dilan memberikan hadiah sebuah TTS yang sudah diisi semua. Dilan bilang ia sayang pada Milea sehingga tidak ingin Milea pusing mengisi TTS tersebut. Ternyata justru hadiah dari Dilan inilah yang paling membuat Milea berbunga-bunga.


Setelah itu, konflik mulai dimunculkan. Milea merasa kehilangan Dilan yang menjauh karena mendapat kabar bahwa Milea sudah berpacaran dengan Nandan. Tapi kemudian hubungan mereka membaik kembali setelah Milea mengklarifikasi bahwa ia hanya berteman dengan Nandan.


Konflik selanjutnya adalah ketika Milea, Nandan, dan teman-teman lainnya ke Jakarta untuk mewakili sekolah mereka mengikuti lomba cerdas cermat. Tiba-tiba Beny datang dan langsung marah-marah karena melihat Milea yang saat itu kebetulan sedang makan berdua dengan Nandan karena teman lainnya ke toilet. Beny memukuli Nandan dan menghina Milea. Milea pun sangat sakit hati dan seketika itu memutus hubungannya dengan Beny. Milea sangat mengharapkan kehadiran Dilan yang saat itu pernah berkata bahwa jika ada orang yang menyakitinya maka orang itu akan lenyap dari bumi. Dilan memang seharusnya ikut ke Jakarta untuk mewakili sekolah, tapi entah kenapa dia tidak hadir. Dilan pun menyesal ia tidak ikut ke Jakarta karena tidak bisa melindungi Milea.


Dilan dan Milea memang semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu untuk mengobrol via telepon sebelum tidur. Milea jatuh cinta kepada Dilan yang tidak kasar, kata-kata dan tindakannya penuh kejutan dan selalu membuatnya berbunga-bunga. Di tengah konflik yang mulai memuncak, Dilan pun tetap ditampilkan manis dengan keunikannya yang mengirimkan tukang pijit ketika Milea sakit.


Namun, konflik kemudian dimunculkan lagi karena sekolah mereka diserang anak sekolah lain. Semua siswa berusaha menyelamatkan diri. Tapi Milea justru berlari keluar kelas dan menuju kantin Bi Eem untuk mencari Dilan. Milea sangat mencemaskannya.


Selain digambarkan sebagai sosok yang humoris dan menyenangkan, Dilan juga adalah seorang yang setia kawan dan merupakan anggota geng motor dengan jabatan panglima perang. Karena itulah Milea khawatir Dilan terlibat dalam penyerangan ini. Karena itu pula Dilan dibawa ke kantor polisi menjadi saksi atas peristiwa penyerangan tersebut.


sumber: cnnindonesia.com

Baru mereda, konflik pun muncul lagi. Dilan memukul Pak Suripto, guru BK, yang menurutnya tidak bisa menghargai orang lain. Karena hal ini Dilan mendapatkan hukuman skorsing selama beberapa hari dan orang tuanya dipanggil ke sekolah. Namun dari sanalah kemudian Milea berkenalan dengan bundanya Dilan. Sama seperti Dilan, bundanya juga adalah sosok yang menyenangkan. Bunda mengajak Milea untuk berkunjung ke rumah Dilan dan membaca puisi-puisi Dilan yang ditulis untuknya. Milea pun semakin jatuh cinta.


Seolah reda, konflik muncul lagi saat Dilan cemburu ketika Milea pergi dengan guru privatnya, Kang Adi. Padahal saat itu Milea sudah berjanji tidak akan pergi dengan Kang Adi.


Dilan menghindar. Milea merasa bersalah dan mencari Dilan di kantin Bi Eem. Tapi justru konflik lain muncul ketika salah satu teman Dilan yang bernama Anhar memukul Milea. Milea pun menangis dan Anhar terus berusaha meminta maaf. Dilan yang mendengar berita itu sangat merasa marah dan kemudian berkelahi dengan Anhar, sahabatnya sendiri.


Setelah dilerai oleh para guru, Dilan dan Milea ke kantin Bu Eem untuk mengobati luka Dilan. Saat itulah akhirnya Dilan menulis naskah proklamasi yang ditandatangani oleh keduanya di atas materai. Naskah ini menyatakan bahwa mereka resmi berpacaran.

 

Kekurangan dan Kelebihan Film

Dilan 1990 adalah bagian pertama dari trilogi film yang kesemuanya berdasarkan novel Pidi Baiq. Bagian ini benar-benar fokus pada cerita bermulanya kisah cinta Dilan dan Milea. Mengingat betapa gandrungnya anak remaja menonton film ini, sangat disayangkan bahwa pembelajaran dan kesan jera Dilan setelah membuat keributan seperti berkelahi dengan teman dan guru tidak ditampilkan. Dilan seolah merasa hidupnya baik-baik saja sebagai bad boy yang kerap keluar masuk ruang BK untuk pembinaan. Padahal akan sangat lebih baik jika poin pembelajaran dan jera ditunjukkan, setidaknya sedikit saja, tanpa harus menunggu 2 film kelanjutannya yang baru muncul di 2 tahun berikutnya secara berurutan.


Selain itu, untuk mendukung kesan retro sebagai film dengan latar tahun 1990, ada beberapa color grading yang kurang maksimal penggarapannya. Tata sinematografi terkadang kurang stabil. Namun hal ini masih dapat ditoleransi karena tidak semua kalangan memahaminya.


Sedangkan kelebihan yang sangat terlihat dalam film ini adalah pada pemilihan karakter. Dalam film ini pemilihan karakter sangat tepat sehingga cerita menjadi hidup. Chemistry optimal para pemain membuat semua adegan terlihat begitu natural. Kesan anak SMA tahun 90’an dapat tersampaikan dengan baik. Cerita cinta dan uniknya perbuatan dan gombalan cerdas Dilan pada era tersebut pun dapat tervisualisasikan memenuhi cerita dalam novelnya.


Sebagai film yang diangkat dari sebuah novel, naskah skenario Dilan 1990 dibuat dengan detail. Adegan-adegan penting dan mengesankan dalam novel hampir tak ada yang terlewatkan sehingga penonton yang telah membaca novelnya pun tidak merasa “kehilangan” usai menontonnya.


Garapan film Dilan 1990 secara umum sangat apik. Tak heran jika film ini mendapat berbagai penghargaan. Penghargaan tersebut antara lain dari ajang bergengsi IMA Awards 2018 yaitu sebagai film terfavorit, Iqbaal dan Vanesha sebagai pemeran pasangan terbaik, dan Vanesha sebagai pendatang baru terfavorit. Selain itu film ini juga meraih penghargaan “Movie of the Year” dalam NET 5.0 Indonesian Choice Awards 2018. Dalam ajang SCTV Awards pun mendapat penghargaan sebagai film layar lebar terbaik.

 

Suara dari Guru

Sumber: newonnetflix.info

Dilan 1990 seharusnya menjadi media pembelajaran dan juga perenungan bagi para guru, para pendidik. Secara normal Nandan sebagai siswa yang pintar, baik, jago main basket, dan banyak diidolakan adalah sosok populer yang menjadi sorotan banyak siswa dan guru. Namun, penulis lebih memilih untuk mengangkat kisah Dilan yang merupakan seorang bad boy.

Pada dasarnya hal ini memang penting untuk diangkat karena dalam kehidupan nyata sekolah memang selalu mendapati siswa yang semacam Dilan dan kawan-kawannya. Ada saja siswa yang sebenarnya pintar dan bisa berprestasi namun sering membuat rusuh, melakukan hal konyol seperti halnya Dilan yang bercanda sampai menjebol pembatas kelas, dan lebih senang mementingkan kegiatan luar atas nama jiwa sosial dan kesetiakawanan (misalnya dalam geng). Siswa semacam ini sering membuat guru tersulut emosi. Bahkan ada juga guru yang tega melabel mereka “tidak memiliki masa depan”. Tapi guru tidak boleh lupa bahwa biar bagaimana pun mereka adalah harapan orang tuanya.

Dengan demikian peran “mendidik” harus benar-benar dioptimalkan. Karena setiap anak memiliki latar belakang yang berbeda, maka mendidiknya pun tidak bisa menggunakan cara yang sama. Karena guru juga adalah orang tua yang doanya InsyaAlloh diijabah Sang Kuasa, maka berhati-hatilah dengan ucap kata yang bisa saja menjadi doa bagi mereka. Kita tidak pernah tahu masa depan seseorang, maka sudah seharusnya seorang guru tidak hanya mendidik para siswa di sekolah tapi juga mendoakan mereka saat bersujud di hamparan sajadah.

Semoga terus ada film-film yang bisa lebih mengedukasi anak bangsa. Tentunya edukasi bukan sekadar tentang akademik, melainkan juga nilai-nilai kehidupan.

Sudah saatnya apresiasi film dalam negeri, tetap juga menikmati film mancanegara. Untuk ulasan film dan juga rekomendasi, tetap bacaterus pilihannya.

About Endang Sriwahyuni

a long life learner, an educator, a writer, and a dreamer.

Posted on Agustus 29, 2021, in Book & Film Review, Creative, Lomba blog and tagged , . Bookmark the permalink. 15 Komentar.

  1. Yep, para pendidik pastinya punya concern terkait role model remaja jaman now ya.
    jangan sampai malah menjerumuskan generasi muda Indonesia.
    Sepakat dgn insight Bu Guru, nih.

    Suka

  2. Eyaaa, bad boy memang lebih menggigit sepertinya untuk dikulik menjadi bentuk karya populer seperti novel atau film. Ada banyak konflik yang bisa terjadi saat bad boy menjadi tokoh utama. Itu pendapat saya dari penikmat karya.

    Suka

  3. Suka baca ulasan seputar Dilan di artikel ini. Apalagi kalau dari sisi guru melihatnya.
    Setuju, keren banget penulis lebih memilih untuk mengangkat kisah Dilan yang merupakan seorang bad boy. Karena banyak hikmah yang bisa kita ambil dari sana.
    Dan kalau tahun 2018 ada Dilan, saat saya SMA yang trending adalag Cinta&Rangga di AADC:)

    Suka

  4. Dilan ini film yang cukup hits beberapa tahun lalu ya. Bukunya juga booming. Banyak bikin ibu-ibu meleleh, Tapi saya prbadi belum pernah baca atau nonton Dilan, hehehehe

    Suka

  5. Dilan ini malah terjadi di tahun 90an pas saya masih SD ya karena kan tahun nya udha lama banget. Udah 31 tahun lalu. Aku pribadi belum pernah nonton sih. Tapi menarik juga ya

    Suka

  6. Saya belum nonton filmnya mbak, tapi anak saya yang SMA sudah nonton. Waktu saya tanya lagi nonton apa, dia bilang nonton Dilan. Mungkin karena dunianya sama dengan dia jadi suka ya.

    Suka

  7. Berkisah tentang percintaan masa SMA itu sangat asyik. Sayanvnya saya belum nonton film Dilan ini. Maklum, nenek-nenek sudah kurang tertarik pada film. Terutama film remaja. Terima kasih telah berbagi, Mbak. Selamat siang

    Suka

  8. Aku kok ga betah nonton Dilan. Baru nonton awalnya sudah mau stop. Mungkin harus dicoba lagi kalau baca ulasan mbak ini.

    Suka

  9. Terima kasih ulasannya Mbak. Keren banget. Saya belum pernah nonton film ini sih. Tapi memang booming banget ya, apalagi waktu awal-awal film kni keluar. Ternyata memang dapat penghargaan

    Suka

  10. Aku juga ter-Dilan Dilan pada masanya, hehhee..apalagi ada di Netflix, jadi langsung maraton.
    Di saat semua orang protes karena jauh banget dari versi novelnya, aku sih maklum banget.

    Karena bagaimanapun pembuatan film ada sisi komersil yang harus di dramatisir, sehingga begitulah…

    Yang pasti, menurutku Dilan membuat kita semua kembali mengingat indahnya masa putih abu-abu yang penuh dengan dualisme, galau dan ego.

    Suka

  11. Aku pas lihat film dilan ini jadi senyum-senyum sendiri teringat sedikit kisah Masa lalu waktu masih putih Abu wkwkw

    Suka

  12. Aku udah nonton filmnya di bioskop, waktu itu belum pandemi. Kalo gak salah 4-5 tahun yang lalu ya. Masih enak ke bioskop, masih nyaman. Tapi kayaknya seru juga nih kalo ditonton ulang.

    Suka

  13. Sejujurnya aku tim yang merasa bosan nonton film ini, karena menurutku datar2 aja filmnya 🙂 Kalau nggak terbantu ada Iqbaal di situ, saya nggak bakal lanjut sampai akhir nontonnya, hihi.

    Suka

  14. Lebih suka peran ceweknya sih dari pada si cowok. Nggak tau kenapa ya.

    Suka

  15. Aku nggak nonton sih film ini tapi sudah baca novelnya. Dan memang adegan dilan memukul gurunya itu agak gimana, ya. Walau dijelaskan maksud dari tindakannya itu tetap saja namanya adab kepada guru haruslah diutamakan

    Suka

Tinggalkan komentar