Tercium Hingga Radius Satu Meter (Muslimah, Jagalah Kebersihan)

Aku masih menikmati buku berjudul “Keakhwatan” sambil menyandar santai di satu ruang rumahku. Asyik banget nih ceritanya, bahasan yang dibaca lagi seru. Eh, tiba-tiba ada satu aroma tak sedap merasuki relung-relung penciumanku (wuiiii… “relung”.. sok puitis ya? Hehe). Bau ini tercium dari ruang sebelah (masih di rumah ini juga_red). Jaraknya sekitar satu meter dari posisi aku membaca. MasyaAllah… bau sekali… mau muntah rasanya. Hmmm.. di sana ada salah seorang temanku lagi sholat. Tapi aku diam saja dan berlagak tanpa reaksi agar tidak menyinggung dia.

Diam, sedikit demi sedikit juga bisa menjadi bukit (nanti namanya bukit diam, hihi). Tragedi itu terjadi lebih dari satu kali. Meski dari radius satu meter, bau tak sedap ini tetap tercium. Aku semakin tak kuat. Seriusan, muntah. Astaghfirulloh…. .

Setelah aku teliti, bau yang muncul itu adalah aroma mukena. Ya, aromanya gak enak banget. Bisa jadi karena terlalu lama gak dicuci, atau kurang udara (lembab).

Astaghfirulloh… kok si teman ini betah ya sama aroma macam ini. Aku aja yang jauh gak betah.

Muslimah, … .insyaAllah aku tulis ini bukan lantaran ingin menjatuhkanmu, atau bahkan menghina saudara sendiri. Tapi justru karena aku menyayangimu.

Muslimah, kau selalu tampil rapi di depan umum. Anggun dengan rok panjang, baju yang tak membentuk tubuh sedikit pun, dan jilbabmu yang terkulai menutup dada.

Muslimah, kau tampak sempurna dengan itu. Kau begitu bijak memvisualkan keindahan Islam yang suka kebersihan.

Tapi, ada hal yang juga tak boleh kita lupa, kebersihan, kerapian, keindahan, itu bukan hanya cukup kita peruntukkan pada mereka, insan lain yang akan berkomunikasi dengan kita, tapi juga Illah yang tiada lain adalah Allah yang maha pencipta, maha dari segala maha keindahan.

Bukan hanya kebersihan dan kerapian pakaian yang akan kita gunakan untuk bertemu dengan manusia lain saja yang perlu kita persiapkan, tapi juga pakaian yang akan kita gunakan untuk berkomunikasi dengan Allah. Mukena, salah satunya.  Mbok ya rajinlah dicuci… . Masa mau syuro aja ribetnya naudzubillah (yang matchingin baju sama jilbab lah, nyetrika lah, dan lain2), eh, giliran mau berduaan sama Allah kok cuek aja pake pakaian yang bau binti kotor. Hmmmm…. Ayo saudariku… dicuci dulu mukenanya, disetrika juga ya J.

Nah, dari beberapa teman muslimah, ada catatan (yang kayaknya) penting nih hasil analisis kenapa mereka bau beserta penjabaran dan solusinya (Yah, ketauan deh suka berkunjung ke kosan teman alias nebeng, hehe). Serius, yang ini serius.

 

Kenapa mukena bau?

Yang pertama karena terlalu lama nggak dicuci. Yah, karena mukena itu dipake, lama-lama kan jadi kotor, bisa karena keringat dari badan kita, atau juga debu-debu di ruangan dan sekitarnya. Kotoran yang menempel pada mukena, lama-lama akan membusuk dan menimbulkan aroma yang tak sedap (parah, sampe bikin pengen muntah). Mukena dalam kondisi ini tentu tak baik untuk digunakan sholat karena untuk sholat haruslah bersih diri, pakaian, dan tempat. Nah, selain tak baik untuk sholat, juga bisa menganiaya orang-orang yang peka penciumannya karena aroma tidak sedap tersebut. Lalu, solusinya, ya sudah barang tentu, kita harus rajin mencuci mukena. Seminggu sekali lah… atau kalau sulit yang minimal dua minggu sekali. Setelah itu disetrika. Kadang dicuci saja tidak cukup, tapi dengan disetrika (diberi tekanan panas), kuman-kuman yang tersisa akan mati. So, jelas yah, rajin cuci dan setrika. Oke….

Yang kedua, karena mukenanya lembab. Gini nih, seringnya aku perhatikan teman-teman itu setelah sholat trus ngelipet mukena dan digulung-gulung di dalam sajadah. Nah.. ini nih penyebab lembabnya. Sama saja, kotoran dan kuman akan semakin subur berkembang di daerah yang lembab. Lantas, lama-lama jadi bau juga tuh mukena. How come? Well, Kita kan wudhu sebelum sholat, berarti akan ada sisa air wudhu di badan kita, terutama bagian kepala. Dampaknya,  keseringan bagian kepala mukena kita juga jadi basah setelah usai sholat. Wajarlah, kan memang habis menutup kepala kita yang basah. Itulah mengapa mukena bagian kepala yang rawan bau tak sedap.

Sebagian orang berpendapat untuk memakai lapisan handuk di rambut atau kepala sebelum memakai mukena. Tapi, buat sebagian orang lagi cara ini bisa jadi terlalu ribet. Nah, ada saran nih dari hatiku yang paling dalam untuk meminimalisir kelembapan. Gini, setelah sholat, jangan gulung mukena dalam sajadah. Gantung saja dengan satu hanger baju. Caranya? Pertama, lipat sajadah, lalu letakkan di hanger. Kedua, lipat bawahan mukena lalu letakkan di hanger yang sama, di atas sajadah. Ketiga, balik mukena (yang bagian dalam jadi di luar), lipat dengan posisi bagian kepala ada di depan (berpotensi kena angin), lalu letakkan di hanger yang sama di atas bawahan mukena tadi. Yang keempat, gantung deh hanger tersebut di paku (usahakan posisinya mudah terkena angin dan atau bahkan cahaya matahari).

Sekali lagi, muslimah harus menjaga kebersihan. Termasuk kebersihan pakaian, baik pakaian sehari-hari untuk bermuamalah, maupun untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Bukankah kita tahu bahwa Allah maha indah? Pantaskah kita menemui-Nya dengan kondisi yang tidak indah? Muslimah… mari bersama terus memperbaiki diri. Catatan ini kubuat khusus untukmu, muslimah. Semoga bermanfaat. Karena aku mencintaimu.

About Endang Sriwahyuni

a long life learner, an educator, a writer, and a dreamer.

Posted on November 12, 2011, in Creative, non-fiction. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar