Online learning yang juga sering disebut e-learning adalah sebuah desain kegiatan belajar mengajar dengan mengintegrasikan teknologi multimedia untuk mendukung pelaksanaan proses belajar. Teknologi tersebut digunakan untuk mencapai kegiatan belajar yang efektif dan menyenangkan meskipun dalam jarak jauh melalui kelas virtual.
Berdasarkan waktu aksesnya, online learning dibedakan menjadi 2, yaitu synchronous dan asynchronous. Synchronous biasanya dilaksanakan dengan video conference sehingga guru dan peserta didik harus online dalam waktu yang sama meskipun di tempat yang berbeda. Sedangkan asynchronous lebih fleksibel karena peserta didik dapat mengakses bahan pembelajaran dari platform e-learning kapan saja sesuai dengan prioritas waktu masing-masing. Keduanya dapat dikombinasikan dalam rangkaian program online learning.
Pelaksanaan e-learning bisa secara full online tanpa tatap muka. Selain itu, dapat juga dilakukan blended learning. Dalam blended learning pembelajaran dilaksanakan secara online dalam kelas virtual namum tetap ada alokasi waktu untuk bertatap muka dalam pembelajaran offline.
Saat ini e-learning banyak menjadi pilihan karena karakter generasi milenial dan generasi Z yang akrab dengan teknologi. Selain itu e-learning juga banyak dipilih karena untuk memfasilitasi kalangan yang ingin mengakses pendidikan atau pelatihan namun terkendala ruang dan waktu. Sampai hari ini pun online learning masih menjadi trend belajar di kalangan masyarakat semenjak Covid-19 mewabah. Bahkan, diprediksikan bahwa masyarakat akan tetap atau bahkan semakin intens berinteraksi dengan e-learning sampai beberapa tahun ke depan.
Berbagai media memberitakan akan adanya kenaikan atau lonjakan pencapaian pasar e-learning global yang terus-menerus hingga memuncak di sekitar tahun 2026. Artinya, e-learning masih akan tetap menjadi trend belajar di kalangan masyarakat. Membaca peluang tersebut, semakin banyak institusi yang menyelenggarakan online learning. Bahkan, banyak orang di belahan dunia yang secara individu sudah mulai membangun kelas pelatihan online dan mengkomersialkannya.
Hari ini di Indonesia pun mulai bermunculan sekolah dengan konsep full e-learning dan blended learning. Sekolah-sekolah tersebut menyediakan pembelajaran untuk tingkat taman kanak-kanak hingga menengah ke atas. Selain itu juga semakin banyak universitas yang memiliki program perkuliahan online, bimbingan belajar online untuk persiapan ujian (masuk universitas, TOEFL, IELTS, CPNS, POLRI, dll.), dan pelatihan SDM di perusahaan yang juga dilaksanakan secara online karena dinilai lebih efektif. Bahkan berbagai pelatihan online untuk pengembangan diri atau profesi juga dapat dengan mudah ditemukan sebagai produk jasa yang dijual di berbagai e-commerce dan market place. Contoh pelatihannya misalnya pembuatan dan pengelolaan website, voice talent, keuangan UMKM, strategi dasar membangun bisnis, bahasa asing, menari, memasak, kepribadian, dll.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa e-learning kini menjadi ranah bisnis yang memiliki prospek positif untuk dikembangkan oleh institusi pendidikan maupun perorangan. Institusi pendidikan dapat membangun e-learning profesional setingkat TK hingga perguruan tinggi atau juga bimbingan belajar dan pelatihan seperti contoh di atas. Selain itu, hari ini juga bisa kita temukan banyak e-learning yang dibangun secara independen oleh perorangan. Misalnya seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam bidang tertentu, seperti keterampilan membuat kue, dapat mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain melalui platform kelas online.
Kemudian, yang menjadi pertanyaan, apakah mungkin seorang dengan kemampuan IT terbatas membangun dan mengelola platform e-learning? Jawabannya, “Sangat Mungkin”, sebab teknologi dan internet dapat memberi banyak kemudahan pada kita. Selain itu juga banyak penyedia platform pembelajaran online yang bisa membantu kita membangun e-learning dari nol.
Apakah ada yang senasib dengan saya? Sebagai penderita rabun jauh sejak SMP hati saya sering ambyar saat menatap semesta. Semua objek yang jauh terlihat tidak jelas alias buyar. Rasanya tambah ambyar saat mata lelah karena harus berlama-lama di depan layar. Tapi, mau bagaimana lagi. Kerja di depan layar laptop harus tetap berjalan demi tuntutan profesional dan finansial 😅.
Di saat saya pasrah seperti itu bisa-bisanya Bang Fiersa Besari malah bernyanyi. Tapi yang dinyanyikan bukan lagu biasa, judulnya Bukan Lagu Laptop Biasa. Awalnya peduli saya sebatas, “Oh, ini lagu buat promo laptop ASUS.” Tapi kemudian saya penasaran karena Bang Fiersa bilang dalam lagu itu, “Ini layar bukan sembarang layar. Ampuh mengobati hati yang ambyar. Cahayanya bisa membuat mata berbinar.” Rasanya kok lirik lagu itu menyinggung saya, ya. “Tau aja, deh, Bang. Hati saya emang sering ambyar gegara masalah rabun jauh dan mata lelah karena berlama-lama menatap layar.” (Langsung tuh saya voice over ala-ala di sinetron 😁).
Saya replay lagunya. Ada lagi lirik yang membuat saya semakin penasaran. “Teknologi yang bikin jatuh cinta. Menatapnya seperti menatap semesta.”
“Duh, si abang ini beneran apa cuma hiperbol doang, sih?” (Lagi-lagi saya voice over ala sinetron 😅). Saya langsung telusuri. Ternyata ini lagu tentang laptop ASUS yang memakai layar OLED. Salah satu produknya adalah VivoBook Ultra 15 OLED (K513).
Untuk menawar rasa penasaran, saya mencari informasi tentang produk tersebut. Apakah laptop ini benar bisa mengobati hati ambyar saya karena masalah rabun jauh dan mata lelah karena menatap layar? Yuk, ikutin terus pembahasannya. Tapi sebelumnya, saya akan membahas beberapa fakta tentang rabun jauh supaya nanti bisa menimbang seberapa pentingnya jenis laptop ini untuk aku dan kamu Si rabun jauh 😊.
“Jangan rindu. Berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja.” (Dilan, 1990)
Di awal tahun 2018 yang juga merupakan permulaan semester genap kutipan kalimat Dilan ini begitu populer. Banyak pengguna sosial media yang memakainya sebagai caption. Banyak juga anak remaja hingga dewasa muda menirukannya untuk sekedar timpalan canda dalam obrolan mereka. Tak terkecuali para siswaku, anak-anak SMA yang sangat antusias menyambut film ini. Sejak kemunculan trailernya, mereka sudah sangat ter-Dilan-Dilan alias tergila-gila dengan sosik Dilan. Bahkan, saat kutanya, “Gimana, setelah libur panjang, kalian rindu, nggak, dengan sekolah?” Ada saja beberapa siswa yang menjawab dengan celetukannya, “Jangan rindu, Miss. Berat. Hahaha.”
Ternyata, bukan hanya kata-kata dan gaya bicara Dilan yang mereka tiru. Model motor Dilan juga. Banyak siswaku (yang dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun setelah film itu rilis) mengganti motor mereka dengan motor-motor lawas semacam milik Dilan.
Tak bisa dipungkiri, aku yang saat itu aktif mengajar di SMA dan banyak berinteraksi dengan remaja turut menjadi saksi bahwa Dilan Effect pada remaja memang luar biasa. Wajar saja. Sebab penonton film yang diadaptasi dari novel karya Pidi Baiq berjudul “Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990” ini mencapai 6,3 juta. Dahsyatnya capaian hebat inilah yang kemudian membuatku menulis Review Film Dilan 1990 : Suara dari Guru.
Hari ini kita berada di zaman yang serba digital. Pendidikan, kerja, memesan makanan, memesan kendaraan, belanja kebutuhan dapur, dan bahkan urusan mencari orang untuk bersih-bersih rumah pun dapat diselesaikan secara digital. Hal ini tentu dipandang sebagai sebuah peluang baru bagi para pelaku bisnis. Bukan hanya dengan menyediakan layanan pemesanan barang dan jasa secara digital, melainkan juga membuat pemasaran produk secara digital atau yang lebih sering kita sebut dengan istilah digital marketing.
Sekitar akhir Juli 2020 lalu ada beberapa orang tua yang meminta saya untuk menjadi guru les anak-anak mereka. Pada saat itu sekolah memang masih dilaksanakan secara online untuk mencegah penyebaran Covid 19. Kebanyakan orang tua di sini merasa kerepotan untuk mendampingi putra-putrinya belajar online. Sebagian karena kurang paham dengan materi yang dipelajari, ada yang kesulitan membagi waktu antara menemani belajar dan bekerja, dan ada juga yang kesulitan mengatur emosi kepada anak-anaknya dan malah ujungnya menangis bersama-sama. Hahaha.
Istilah antiseptik semakin populer di kalangan masyarakat sejak Covid-19 mewabah. Tapi, tau nggak, sebenarnya antiseptik itu apa, sih?
Well, antiseptik adalah zat yang bisa dipakai untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti kuman patogen, virus, bakteri dan jamur. Zat ini bisa ditemukan dalam berbagai produk kesehatan, misalnya sabun mandi dan sabun cuci tangan.
Walaupun tinggal di zona nyaman eh, zona hijau, aku tetap ikut PSBB dan melakukan banyak hal dari rumah. Aku mengikuti banyak kelas online yang digelar berbagai komunitas untuk mencegah jenuh yang kabarnya terasa lebih berat dibanding rindu. Tapi ternyata masalah tetap muncul dan mengganggu si kelas online.
Pandemi Covid-19 berdampak buruk pada berbagai lini kehidupan masyarakat. Begitulah berita yang hingga kini banyak tersebar di berbagai media. Namun “selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa”. Ungkapan bijak orang terdahulu ini ternyata ada buktinya. Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia sekitar Maret 2020 lalu, masyarakat diminta untuk membatasi interaksi langsung dengan orang lain. Banyak hal dialihkan untuk dilakukan secara online dari rumah, termasuk sekolah dan kerja. Hal ini tentu menimbulkan kejenuhan. Lantas, berkebun dengan menanam tanaman hias adalah salah satu solusi yang kemudian banyak dilakukan untuk mengatasi kejenuhan tersebut. Dampaknya, tren tanaman hias meningkat di kalangan masyarakat.
Ada desir tak biasa yang tiba-tiba menyusup di hati, menyisakan nyeri yang rumit bernama rindu. Ah. Rindu. Rindu yang seperti tanpa titik tanpa temu. Ibu, dalam hening sepi kurindu.
Patah hati yang kualami kali ini betul-betul membuat hatiku hancur, jauh lebih menyedihkan daripada sekedar kemarin2 melihat tespek yang masih saja bergaris satu. Aku telah kehilangan salah satu sumber energi terbesarku, madrasah pertamaku, motivator terhebatku, seorang wanita pejuang mulia nan kuat dan tangguh, Ibunda tercintaku. Beliaulah orang pertama yang mengajariku untuk selalu menjaga sholat dan berusaha berakhlak baik kepada siapa saja. Beliau adalah orang yang paling memahami aku dan paling bisa memaklumi kerjaku yang lambat serta segudang kelemahanku lainnya. Beliaulah orang pertama yang meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja saat aku terpuruk 10 tahun lalu. Beliaulah yang telah merawat aku sedari kecil dan memiliki peran yang teramat besar dalam hidupku. Beliau adalah seorang ibu yang telah mendidik anak-anaknya dengan penuh totalitas. Read the rest of this entry →
Kehadiran smartphone yang semakin membumi dan mengakses berbagai kalangan berpengaruh pada berubahnya berbagai hal. Salah satunya adalah dalam hal pilihan masyarakat untuk berkomunikasi. Mereka mulai beralih dari pulsa ke paket data karena keuntungan yang didapat dari paket data lebih banyak daripada pulsa. Dengan paket data, seseorang tidak hanya dapat melakukan panggilan dan pengiriman pesan singkat, melainkan juga akses internet lainnya. Untuk komunikasi singkat tertulis, perlahan mereka mulai meninggalkan short message service (SMS) menuju aplikasi yang lebih kekinian seperti WhatsApp, Telegram, Line, dll. Aplikasi tersebut juga sekaligus dapat digunakan untuk melakukan panggilan suara dan bahkan panggilan video. Selain itu, banyak orang yang akhirnya memilih untuk tidak hanya setia pada satu kartu seluler. Satu seluler lama tetap dipertahankan karena kontaknya sudah tersebar, tapi khusus untuk telepon dan sms saja. Sedangkan kartu kedua biasanya khusus untuk berlangganan paket data karena harganya lebih terjangkau. Nah, hal ini ternyata dapat menyebabkan kartu lama terabaikan dan bahkan sampai kehabisan masa tenggang karena lupa tidak diisi ulang. Tentunya, jika kartu sudah begitu, kartu tersebut tidak dapat digunakan lagi. Well, itulah pengalaman saya pribadi :D. Kartu seluler indosat saya terabaikan, lupa tidak diisi ulang karena saya lebih sering menggunakan paket data daripada pulsa biasa.
Semenjak pindah ke rumah ini, saya memiliki satu tanggung jawab yang lain dari sebelumnya, yaitu membersihkan rumput liar dari halaman. Sekilas urusan tersebut nampak sepele. Tapi ternyata tetap harus diseriusi. Perlu waktu yang diluangkan, tenaga yang memadai, dan kondisi cuaca yang mendukung. Kadang saya berpikir ini adalah tanggung jawab suami karena untuk membuat lebih efektif membersihkan rumput liar ini harus menggunakan sabit dan cangkul. Read the rest of this entry →
Selfie or self potrait is actually defined as taking our picture by ourselves (without someone’s help). Nowadays most of Indonesian people are keen on this activity. But in this posting i’m not going to talk about “selfie” itself, but a place in Bandung where I visited only for doing selfie. 😀
Well, melanjutkan cerita yang kemarin saya tulis di sini. Kami berjalan keluar (Pokoknya ke hatle-halte gitu yang ada tulisannya Bandung Juara) untuk mencari angkot arah Gedung Sate. Ya, Gedung Sate adalah salah satu aikon (icon) kota Bandung.
Gedung yang didirikan sejak tahun 1920 dan sering disebut sebagai Gedung Putihnya Bandung ini hingga saat ini masih difungsikan sebagai pusat pemerintahan Kota Bandung. Nama Gedung Sate sendiri diambil dari ornamen enam tusuk sate yang berada di atas menara utama gedung tersebut. Konon, enam tusuk sate ini melambangkan 6 gulden, jumlah dana yang digunakan untuk membangun gedung ini pada masanya
Selain kekhasan bentuk bangunannya, tanaman-tanaman yang amat terawat juga menjadi daya tarik tersendiri bagi gedung sate. Di dalam gedung ini kita bisa menemukan gamelan khas sunda, pemandangan indah yang bisa dilihat dengan teropong, dan mungkin banyak lagi lainnya. Namun untuk dapat memasuki kawasan gedung ini tentu memerlukan izin khusus. Tapi, banyak kok orang datang hanya sekedar untuk berfoto dari luar gerbangnya.